GOCAR4D – ‘MU Tidak Konsisten karena Tak Punya Filosofi yang Jelas’

Soccer Football - Premier League - Manchester United v Newcastle United - Old Trafford, Manchester, Britain - December 30, 2024 Manchester United manager Ruben Amorim looks dejected after the match Action Images via Reuters/Lee Smith EDITORIAL USE ONLY. NO USE WITH UNAUTHORIZED AUDIO, VIDEO, DATA, FIXTURE LISTS, CLUB/LEAGUE LOGOS OR LIVE SERVICES. ONLINE IN-MATCH USE LIMITED TO 120 IMAGES, NO VIDEO EMULATION. NO USE IN BETTING, GAMES OR SINGLE CLUB/LEAGUE/PLAYER PUBLICATIONS. PLEASE CONTACT YOUR ACCOUNT REPRESENTATIVE FOR FURTHER DETAILS..     TPX IMAGES OF THE DAY
Manchester United tidak konsisten. (Foto: Action Images via Reuters/Lee Smith)


Manchester

Manchester United konsisten untuk tampil tidak konsisten di Premier League. Manajer yang silih berganti dituding membuat klub tak punya filosofi jelas.

MU lagi jeblok-jebloknya musim ini. Setan Merah terjerumus ke posisi 14 klasemen Liga Inggris dan lebih banyak kalahnya (14 kali) daripada menang (10 kali).

Kekalahan teranyar didapat pada pekan ke-32, Minggu (13/4/2025). Bruno Fernandes cs dihajar Newcastle United 4-1 di St James’ Park.






SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MU kini baru mengumpulkan 38 poin dari 32 pertandingan Liga Inggris 2024/2025. Dengan 6 laga tersisa, Manchester Merah maksimal meraup 50 poin di akhir musim.

Jumlah tersebut adalah yang paling rendah buat MU sepanjang keikutsertaan di Premier League. Rekor terendah sebelumnya didapat MU kala finish di posisi keenam musim 2021/2022 dengan total 58 poin.



ADVERTISEMENT




MU pun melanjutkan puasa gelar Premier League yang terakhir kali mereka menangkan pada 2013. Selepas pensiunnya manajer legendaris Sir Alex Ferguson, tidak ada penerusnya yang mampu menghadirkan titel liga ke Old Trafford.

Mantan anak asuh Sir Alex di MU, Jaap Stam, menuding hasil-hasil buruk MU selama sedekade lebih ini karena klub tak punya filosofi jelas. Salah satu contohnya pergantian manajer dari Erik ten Hag ke Ruben Amorim di pertengahan musim ini.

“Sebagai klub besar, Anda perlu memiliki filosofi yang konsisten – sebuah identitas. Klub harus memiliki cara bermain yang jelas, dan kemudian menemukan manajer yang sesuai dengan filosofi itu,” kata Stam, dikutip dari Daily Mail.

“Sebaliknya, yang kami lihat adalah pemain didatangkan untuk satu manajer, lalu manajer yang berbeda datang dan ingin mengubah segalanya. Ini cara berpikir yang berbeda,” sambungnya.

“Alih-alih terus-menerus membangun kembali visi manajer baru, klub harus menetapkan filosofinya dan merekrut manajer yang sejalan dengannya. Dengan begitu, Anda menjaga konsistensi dan menghindari keharusan memulai dari awal setiap saat.

(bay/pur)

No Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *